Beberapagizi yang dibutuhkan untuk memperkuat daya tahan tubuh yaitu protein, zink, juga vitamin A, C, dan E. Tentu Anda tidak ingin hal-hal di atas terjadi pada diri Anda. Jadi upayakanlah gizi seimbang dengan secara teratur mengonsumsi beraneka ragam makanan bergizi. GambarTentang Gizi - 18 images - 5 manfaat daun ketela rambat yang baik untuk kesehatan mfs, standar profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan pedia ilmu, sejarah ilmu gizi dunia persagi bandung, gaya hidup sehat itu mudah sahabat 1 lakukan aktifitas fisik 30 menit, 5Manfaat Daun Ketela Rambat Yang Baik Untuk Kesehatan Mfs, Nurul Aulia S Blog Masalah Gizi Pada Remaja, Asupan Gizi Paling Besar Yang Diperlukan Seorang Pelajar Adalah Cara, Chymal G O B Penyakit 3lemak kandungan zat gizi yang paling besar dalam. School No School; Course Title AA 1; Uploaded By DeaconTank2493. Pages 20 Lemak Kandungan zat gizi yang paling besar dalam ASI adalah lemak. Ada sekitar 200 jenis asam lemak, yakni 80 % asam lemak tak jenuh jmMM. Kebutuhan zat gizi mikro Vitamin Vitamin A 450 mikrogram mcg Vitamin D 15 mcg Vitamin E 7 miligram mg Vitamin K 20 mcg Vitamin B12 1,5 mcg Vitamin C 45 mg Mineral Kalsium 1000 mg Fosfor 500 mg Natrium 900 mg Kalium 2700 mg Besi 10 mg Iodium 120 mcg Seng 5 mg Kebutuhan gizi anak sekolah usia 7-9 tahun Berdasarkan AKG dari Kementerian Kesehatan RI, berikut rincian kebutuhan gizi anak sekolah usia 7-9 tahun yang terbagi menjadi mikro dan makro Kebutuhan zat gizi makro Energi 1650 kkal Protein 40 gram gr Lemak 55 gr Karbohidrat 250 gr Serat 23 gr Air 1650 ml Kebutuhan zat gizi mikro Vitamin Vitamin A 500 mikrogram mcg Vitamin D 15 mcg Vitamin E 8 miligram mg Vitamin K 25 mcg Vitamin B12 2,0 mcg Vitamin C 45 mg Mineral Kalsium 1000 mg Fosfor 500 mg Natrium 1000 mg Kalium 3200 mg Besi 10 mg Iodium 120 mcg Seng 5 mg Pahami mengenai status gizi anak sekolah Status gizi anak adalah kondisi yang menunjukkan apakah gizi anak tergolong buruk, kurang, baik, lebih, maupun obesitas. Berdasarkan Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, pengukuran anak usia 5-18 tahun termasuk usia sekolah di 6-9 tahun, menggunakan indeks massa tubuh per usia IMT/U. Pengukuran status gizi menggunakan interpretasi indeks IMT/U nantinya membantu menunjukkan apakah gizi anak termasuk baik, kurang, atau justru lebih. Dengan begitu, penanganan lanjutan bisa diberikan sesuai kebutuhan anak untuk mendukung tumbuh kembangnya. Berikut kategori IMT/U beserta ambang batas z score Gizi kurang -3 SD sampai dengan +2 SD Pada kategori pengukuran status gizi anak dengan IMT/U ini, ambang batas z score adalah batas pengukuran untuk mengelompokkan kategori gizi anak. Supaya lebih mudah dan cepat untuk mengetahui kondisi gizi anak, Anda bisa melakukan pengukuran tinggi serta berat badan anak di pelayanan kesehatan terdekat. Tak seperti IMT orang dewasa yang memiliki rumus khusus, status gizi anak umumnya punya perhitungan sendiri yang cukup rumit. Pemantauan rutin terkait kondisi kesehatan dan perkembangan anak bisa dilakukan di pelayanan kesehatan mana pun, seperti posyandu, puskesmas, klinik, maupun rumah sakit. Sumber makanan untuk penuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah Jika di masa prasekolah anak biasanya cenderung makan makanan yang itu-itu saja alias terlalu pilih-pilih makanan, sekarang coba ubah cara pandangnya. Ini karena di usia sekolah anak dituntut untuk banyak beraktivitas di luar rumah, maka itu kebutuhan gizi si kecil kian meningkat. Nah, dengan makan makanan sehat untuk anak, tentu bisa menyumbang sejulah energi dan zat gizi penting guna menunjang aktivitas harian anak usia sekolah. Berikut pilihan sumber makanan yang setidaknya harus ada setiap harinya untuk mencukupi kebutuhan gizi atau nutrisi pada anak sekolah 1. Karbohidrat Karbohidrat termasuk salah satu sumber energi utama yang diperlukan otak untuk menjalankan berbagai aktivitas dan proses metabolismenya. Terpenuhinya kebutuhan karbohidrat anak berarti menambah asupan kalori anak yang nantinya dipakai sebagai energi untuk beraktivitas. Namun tidak semua karbohidrat itu sama, ada dua jenis karbohidrat yang bisa Anda berikan untuk memenuhi gizi anak sekolah Karbohidrat sederhana Karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang tersusun dari molekul gula yang sangat sedikit, yakni berkisar antara satu atau dua molekul. Ada beragam sumber makanan dengan kandungan karbohidrat sederhana di dalamnya. Sebagai contohnya beberapa sayuran, buah, madu, gula putih, gula merah, dan berbagai jenis pemanis lainnya. Selain itu, kue dan produk olahan seperti permen serta soda, juga mengandung jenis karbohidrat ini. Karbohidrat kompleks Kebalikan dari karbohidrat sederhana, karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang tersusun dari banyak rantai molekul gula. Anda bisa memberikan roti, nasi, kentang, jagung, pasta, sereal gandum, kacang-kacangan, serta beberapa jenis sayur dan buah-buahan untuk anak. 2. Lemak Meski sering dipandang sebelah mata, ternyata tidak semua sumber lemak itu buruk dan masih dibutuhkan untuk memenuhi gizi anak usia sekolah. Lemak berperan sebagai sumber energi, khususnya ketika cadangan karbohidrat sudah menipis. Sama halnya seperti karbohidrat, kebutuhan lemak anak yang terpenuhi berarti menambah asupan kalori yang akan digunakan sebagai energi. Berikut pembagian kelompok makanan sumber lemak berdasarkan jenisnya Lemak baik Ada dua kategori utama sumber lemak baik, yakni Lemak tak jenuh tunggal Kandungan lemak tak jenuh tunggal dalam makanan diyakini dapat menurunkan kadar LDL low density lipoprotein atau lemak “jahat”. Jenis lemak ini juga bisa membantu menjaga kadar HDL high density lipoprotein atau lemak “baik” tetap tinggi. Ada banyak sumber makanan yang bisa Anda berikan untuk anak, mulai dari minyak zaitun, kacang-kacangan, buah alpukat, dan lain sebagainya. Lemak tak jenuh ganda Makanan yang mengandung lemak tak jenuh ganda dipercaya baik untuk kesehatan tubuh. Salah satu contohnya ikan, yang juga mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6. Berbagai jenis ikan-ikanan dan minyak nabati bisa Anda berikan untuk menambah asupan gizi lemak baik untuk anak usia sekolah. Ambil contohnya ikan sarden, makarel, salmon, minyak safflower, kedelai, dan lainnya. Di samping itu, kacang-kacangan, biji-bijian, serta telur juga tak kalah kaya kandungan omega-3. Lemak jahat Ada dua kategori utama sumber lemak jahat, yakni Lemak jenuh Lemak jenuh atau juga disebut sebagai lemak padat berisiko meningkatkan serangan penyakit bila dikonsumsi terlalu banyak dan dalam waktu lama. Terlalu banyak makan makanan sumber lemak jenuh bisa meningkatkan kadar kolesterol sehingga membuka peluang terserang penyakit jantung dan stroke. Sumber lemak jenuh biasanya terdapat pada lemak dalam daging, produk daging, kulit ayam, keju, dan produk susu lainnya. Berbagai makanan olahan seperti kue, biskuit, keripik, serta minyak kelapa sawit, juga mengandung lemak jenuh. Lemak trans Lemak trans biasanya ada di dalam makanan yang digoreng, kemasan, dan cepat saji. Ambil contohnya seperti gorengan, kentang goreng, donat, kerupuk, dan sebagainya. Berkebalikan dengan lemak baik, lemak trans ini berbahaya bagi kesehatan karena bisa meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL. Itu sebabnya, membiarkan anak sering makan makanan yang mengandung lemak trans, berisiko membuatnya terserang penyakit jantung dan stroke nantinya. 3. Protein Protein adalah zat gizi makro yang berperan dalam membangun serta memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Protein yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi asam amino. Asam amino inilah yang nantinya dipergunakan sebagai bahan baku untuk membangun sel-sel dan jaringan baru. Sama halnya seperti karbohidrat, kebutuhan lemak anak yang terpenuhi berarti menambah asupan kalori yang akan digunakan sebagai energi. Ada dua jenis protein yang bisa Anda bisa untuk mencukup kebutuhan gizi harian anak usia sekolah Protein hewani Protein hewani adalah protein yang bersumber dari hewan. Kandungan asam amino adalah poin utama yang membedakan protein hewani dan nabati. Protein hewani yang terkandung dalam daging merah, daging ayam, ikan, telur, susu, dan keju, mengandung asam amino esensial lengkap. Protein nabati Protein nabati adalah protein yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Tidak seperti protein hewani yang punya struktur asam amino lengkap, protein nabati punya asam amino yang lebih sedikit. Meski begitu, makanan sumber protein nabati sama baiknya untuk melengkapi zat gizi protein bagi anak. Anda bisa memberikan tahu, tempe, kacang-kacangan, gandum, oat, serta beberapa jenis buah-buahan pada anak. 4. Serat Agar proses pertumbuhannya berjalan dengan optimal, serat adalah salah satu zat gizi yang diperlukan oleh anak. Serat sebenarnya merupakan bagian dari karbohidrat kompleks, tetapi tanpa kandungan kalori di dalamnya. Bukan hanya satu, tapi ada dua jenis serat yang dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi anak Serat larut air Serat larut air adalah jenis serat yang bisa langsung larut bersama air. Itulah mengapa sesat setelah masuk ke dalam tubuh, serat larut air langsung melebur bersama air dan berubah bentuk menjadi gel. Dengan kata lain, jenis serat ini bisa diserap dengan mudah oleh tubuh tanpa harus dicerna dalam sistem pencernaan. Contoh makanan dengan kandungan serat larut air seperti beragam jenis jeruk, apel, wortel, alpukat, brokoli, ubi, kacang merah, dan oat. Serat tidak larut air Serat tidak larut air adalah jenis serat yang harus melalui proses pengolahan di sistem pencernaan, karena tidak bisa langsung larut bersama air. Oleh karena itu, ketika berada di sistem pencernaan, serat tidak larut air ini bertugas untuk membantu melancarkan kerja sistem pencernaan. Tercukupinya zat gizi serat larut air bisa membantu mencegah masalah pencernaan pada anak. 5. Vitamin Vitamin memang tergolong zat gizi mikro, tapi asupannya untuk anak di usia sekolah tidak boleh terlewatkan. Ada 6 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh, yakni vitamin A, B, C, D, E, dan K. Kesemua vitamin tersebut digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu Vitamin larut air Vitamin larut air adalah jenis vitamin yang tidak disimpan di dalam tubuh, sehingga harus didapatkan dari makanan harian. Terdapat 9 jenis vitamin larut air, meliputi vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12, dan C. Vitamin larut lemak Vitamin larut lemak hanya larut bersama lemak dan tidak dengan air. Jenis vitamin ini dapat menyumbang manfaat yang lebih baik untuk anak usia sekolah jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung zat gizi lemak. Beberapa macam vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Ada banyak sumber vitamin anak dalam makanan demi mencukupi kebutuhan hariannya. Contoh utamanya yakni sayur dan buah-buahan, tapi produk pangan lainnya juga tak kalah kaya kandungan lemak. Misalnya daging merah, daging unggas, ikan, susu, serta produk olahannya. Bahkan, vitamin juga bisa menjadi suplemen yakni vitamin penambah nafsu makan anak bila ia susah makan. 6. Mineral Ada beragam jenis mineral yang diperlukan selama masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Mulai dari kalsium, fosfor, magnesium, kalium, zat besi, natrium, fluor, seng, iodium, mangan, tembaga, kromiun, dan selenium. Kesemua zat gizi mikro tersebut punya peran yang sama besarnya untuk menunjang segala fungsi tubuh anak, khususnya selama tumbuh kembangnya di usia sekolah. Saran dalam mencukupi kebutuhan gizi pada anak sekolah Kebutuhan nutrisi atau gizi pada anak di usia sekolah ini tentu lebih banyak ketimbang usia sebelumnya. Hal ini karena ia masih dalam masa tumbuh kembang dan nantinya akan mengalami masa pubertas. Berikut beberapa anjuran pemenuhan gizi untuk anak usia 6-9 tahun Makan sebanyak 3 kali sehari pagi, siang, dan malam. Rutin makan ikan serta sumber protein lainnya. Anjuran asupan protein hewani harian sebanyak 30 persen, sementara protein nabati 70 persen. Perbanyak makan sayur dan buah-buahan. Batasi makan makanan cepat saji, jajanan, serta camilan yang manis, asin, dan berlemak. Rutin menyikat gigi setidaknya 2 kali sehari, yakni setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Memenuhi kebutuhan gizi atau nutrisi pada anak usia sekolah artinya dengan melengkapi jumlah kalori, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga mineral. Selain dari makan di rumah, Anda bisa membawakan bekal anak sekolah agar mencegahnya jajan sembarang makanan. Perubahan aktivitas dari masa prasekolah dan sekolah, membuat kebutuhan gizi anak akan mengalami sedikit peningkatan. Di samping itu, asupan gizi anak di usia sekolah ini juga harus tercukupi dengan baik sebagai persiapan sebelum masa pubertasnya tiba. Terlebih karena di usia sekolah ini anak biasanya jauh lebih aktif, sehingga membutuhkan lebih banyak energi sebagai pembangun dan pendukung fungsi tubuh. Bukan hanya itu, banyaknya aktivitas yang harus dijalani anak di luar rumah juga sebaiknya diimbangi dengan asupan berbagai zat gizi yang memadai. Nah, sebagai contohnya, berikut menu sehari yang dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi anak sekolah 1850-2100 kkal Makan pagi sarapan 1 piring nasi goreng 100 gram 1 ikat sawi hijau 10 gram 3 iris tomat 10 gram 3 iris timun 10 gram 1-2 butir telur rebus ukuran sedang 50-125 gram 1 gelas susu putih 200 ml Selingan camilan 2 buah jeruk ukuran sedang 200 gram Makan siang 1 piring nasi putih 100-200 gram 1 mangkuk sedang tumis kangkung 30 gram 1 mangkuk sedang udang balado 30-50 gram 1 mangkuk kecil tumis oncom 30 gram Selingan camilan 2 buah apel ukuran sedang 200 gram Makan malam 1 piring nasi putih 150-250 gram 1 mangkuk sedang tumis tauge 40 gram 1-2 potong ikan bawal bakar 45-75 gram 2 potong sedang tempe 40 gram Asupan makan harian pada anak usia sekolah sebaiknya diperhatikan untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi atau nutrisi hariannya. Pasalnya, kadang mungkin anak susah makan atau bahkan terlalu banyak makan sehingga berpengaruh pada asupan hariannya. Kalau sudah begini, mungkin beberapa zat gizi anak tidak tercukupi secara optimal atau bisa juga kelebihan. Padahal, anak di usia sekolah ini masih terus tumbuh sehingga perlu asupan gizi yang mencukupi agar status gizi dirinya baik. Sebagai orangtua, sebaiknya terapkan kebiasaan makan sehat teratur sebagai pondasi utama dalam pola makan hariannya. 1. Sarapan Idealnya, sarapan sebaiknya bisa memenuhi sekitar seperempat dari kebutuhan energi anak dalam sehari. Waktu sarapan optimal yakni sebelum jam 9 pagi. Porsi sarapan dianjurkan tidak terlalu banyak, karena ditakutkan malah akan mengganggu kegiatan dan kerja sistem pencernaan anak di pagi hari. Meski porsi sarapan biasanya tidak sebanyak makan siang dan malam, tapi pastikan semua kebutuhan gizi anak tetap tercukupi. 2. Camilan Tak jarang, anak sering merasa lapar di sela-sela waktu makannya. Di sinilah camilan sehat untuk anak berperan sebagai pengganjal perut sebelum waktu makan tiba. Selain itu, camilan juga bisa membantu menyumbang sejumlah zat gizi tambahan untuk mencukupi kebutuhan harian anak. Sayangnya, tidak semua camilan itu sehat untuk dimakan. Beberapa jenis camilan biasanya diolah dengan tambahan gula, garam, pewarna, perasa, dan zat aditif yang berpotensi buruk bagi kesehatan anak. Sebagai solusinya, Anda bisa menyediakan camilan lain yang kaya beragam zat gizi. Jenis camilan yang bisa diberikan misalnya yogurt, kacang-kacangan, oatmeal, smoothies, atau popcorn buatan sendiri. 3. Makan siang Makan siang yang biasanya berkisar di jam 12-2 siang penting untuk mengembalikan energi anak yang hilang setelah beraktivitas sejak pagi hari. Asupan makanan di siang hari ini juga berperan dalam mempertankan energi anak sampai sore atau malam hari. Berbeda dengan sarapan, porsi makan siang sebaiknya bisa mencukupi sekitar sepertiga energi dalam sehari. Mudahnya, porsi makan siang tentu harus lebih banyak ketimbang saat sarapan. 4. Makan malam Makan malam untuk anak sebaiknya dilakukan sebelum jam 8 malam. Ini karena proses pencernaan makanan membutuhkan waktu, sehingga jam makan malam sebaiknya tidak mendekati waktu tidur. Biasakan untuk menghindari makan makanan berat di atas jam 8 malam. Jika anak lapar setelah jam makan tersebut, Anda boleh memberikannya camilan sehat untuk mengganjal perut. Ambil contohnya dengan tidak mengandung banyak kalori, lemak, gula, atau garam. Asupan zat gizi makro karbohidrat, protein, dan lemak yang berasal dari sarapan adalah komponen utama penghasil energi yang berperan penting dalam meningkatkan keadaan status gizi siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo dengan jumlah 384 orang. Sampel diperoleh sebanyak 196 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data asupan karbohidrat, protein, dan lemak dikumpul menggunakan angket food recall 24 jam, sedangkan data status gizi siswa dikumpul melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro karbohidrat p=0,000; protein p=0,000; lemak p=0,000 dari sarapan dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Disarankan kepada siswa agar selalu memperhatikan asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi sehingga dapat mempertahankan keadaan status gizi yang optimal. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DARI SARAPAN DENGAN STATUS GIZI SISWA RELATIONSHIP OF INTEGRATED MACRO NUTRITION FROM BREAKFAST WITH STUDENT NUTRITION STATUS Sunarto Kadir Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Univeristas Negeri Gorontalo E-mail Abstrak Asupan zat gizi makro karbohidrat, protein, dan lemak yang berasal dari sarapan adalah komponen utama penghasil energi yang berperan penting dalam meningkatkan keadaan status gizi siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo dengan jumlah 384 orang. Sampel diperoleh sebanyak 196 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data asupan karbohidrat, protein, dan lemak dikumpul menggunakan angket food recall 24 jam, sedangkan data status gizi siswa dikumpul melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro karbohidrat p=0,000; protein p=0,000; lemak p=0,000 dari sarapan dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Disarankan kepada siswa agar selalu memperhatikan asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi sehingga dapat mempertahankan keadaan status gizi yang optimal. Kata kunci Asupan; Status gizi; Zat gizi makro Abstract Intake of macronutrients carbohydrates, proteins and fats derived from breakfast are the main components of energy producers that play an important role in improving the state of nutritional status of students. This research was conducted on students at MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. The aim of the research was to analyze the relationship between the intake of macronutrients and the nutritional status of students. The type of research used is analytic survey with cross sectional design. The population involved all of the students in grade VIII at MTs Negeri 1 Kota Gorontaloas many as 384 adolescents. The sample was 196 people taken by using purposive sampling technique. Data of carbohydrate, protein and fat intake were collected using 24-hour food recall questionnaire, while data on nutritional status of students were collected through measurements of height and weight. Data analysis using Spearman Rank correlation test. The results showed that there was a significant relationship between the intake of macronutrients carbohydrate p= protein p= fat p= from breakfast and the nutritional status of students at MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. It is recommended that the students should be aware of the food nutritional intake consumed so that they are able to maintain the nutritional status optimally. Keywords Intake; Macronutrients; Nutritional status 2 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 1. PENDAHULUAN Masalah gizi yang utama dialami oleh para remaja diantaranya yaitu kelebihan berat badan/obesitas, kekurangan zat gizi, dan anemia defisiensi zat besi1. Menurut data Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, secara nasional status gizi anak remaja pada usia 13-15 tahun belum ada perubahan angka persentasinya. Prevalensi kependekan TB/U pada remaja usia 13-15 tahun yaitu 35,1%. Serta prevalensi status gizi IMT/U, persentasi kekurusan pada remaja usia 13-15 tahun yaitu sebanyak 11% dan persentasi kegemukan sebanyak 10,8%2. Salah satu penyebab rendahnya asupan zat gizi pada anak adalah kebiasaan makan. Sepertiga dari pemenuhan angka kecukupan gizi diperoleh dari makan pagi. Di Indonesia masih banyak anak yang tidak terbiasa ataupun melewatkan waktu sarapan, sedangkan yang sering sarapan mutu sarapannya masih rendah. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, 16,9%-50% anak usia sekolah dan remaja, serta rata-rata 31,2% orang dewasa tidak biasa sarapan. Anak sekolah mengkonsumsi minuman saat sarapan 26,1%, seperti air putih susu, atau teh dan 44,6% mengkonsumsi sarapan berkualitas rendah3. Melewatkan sarapan ataupun konsumsi sarapan yang tidak memadai dapat menyebabkan defisit zat gizi. Ketidakcukupan zat gizi karena kehilangan nutrisi yang ditimbulkannya jarang dapat dipenuhi oleh konsumsi makanan di waktu lain. Sarapan dapat memberikan dampak positif pada status nutrisi4. Sarapan dapat menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, diantaranya zat gizi makro yakni karbohidrat, protein dan lemak Zat gizi tersebut merupakan penghasil energi, meningkatkan pertumbuhan, dan berperan dalam metabolisme. Selain itu berperan dalam fungsi kerja otak yang menyediakan kadar glukosa bagi otak, serta sebagai alat transportasi aktif untuk otak5. Siswa MTs adalah siswa yang duduk atau sedang menutut ilmu di bangku sekolah menengah pertama. Siswa kelas VIII ditingkat MTsdigambarkan sebagai siswa yang tergolong usia labil dengan rentang usia 12,5-13,5 tahun, yang disebut remaja awal. Pada tahap ini merupakan tahap transisi untuk mulai mengenal satu sama lain, mengetahui keadaan sekolah dan mulai berani menunjukan sikap. Mereka cenderung lebih memanfaatkan lingkungan diluar rumah termasuk sekolah untuk mencari makanan kesukaan. Terpaparnya anak-anak ini dengan lingkungan, budaya, dan teman sebaya membuat mereka memiliki keputusan sendiri dalam berperilaku memilih makanan. Salah satunya adalah dalam memilih makanan yang di konsumsinya saat sarapan. MTs Negeri 1 Kota Gorontalo merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Gorontalo yang telah menerapkan ilmu gizi pada pelajaran muatan observasi awal pada siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo pada bulan Agustus 2017 bahwa proporsi status gizi siswa diperoleh kekurusan sebesar 38,9% 22,2% kurus tingkat berat dan 16,7% kurus tingkat ringan, 36,8% normal, dan 24,3% kegemukan 7,9% kelebihan berat badan tingkat ringan, 11,1% obesitas tingkat I, serta 5,3% obesitas tingkat II. Dari 60 siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo diperoleh 18 siswa 30,0% tidak pernah melakukan sarapan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo, yakni pada bulan November sampai dengan Desember 2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional, untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo yaitu sebanyak 383 orang. Sampel kemudian diperoleh sebanyak 196 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui 3 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 sebelumnya. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman Rank, dengan bantuan program SPSS. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian 1 Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Sumber Data Primer, 2017 2 Status Gizi Siswa Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Sumber Data Primer, 2017 3 Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan dengan Status Gizi Siswa Tabel 3 Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan dengan Status Gizi Siswa Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan 4 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Sumber Data Primer, 2017 Pembahasan Hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi siswa Tabel 3 diperoleh hubungan yang signifikan p value=0,000. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa atau responden yang berstatus gizi normal didapatkan paling banyak mengkonsumsi menu sarapan yang berasal dari sumber karbohidrat, seperti diantaranya nasi putih, nasi goreng, nasi kuning, roti, sereal, susu, gula dan lain sebagainya. Sedangkan yang berstatus gizi kurang asupan karbohidratnya kurang dari 15% AKG, dikarenakan siswa-siswa ini banyak dari mereka yang mengkonsumsi menu sarapan berasal dari sumber karbohidrat yang kurang, ada pula diantara mereka yang suka tidak menghabiskan makanannya ataupun makan dengan jumlah porsi yang sedikit. Karbohidrat adalah sumber penghasil energi paling utama, yang berperan sebagai pembangun bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Setelah semalaman tidur, baiknya makanan diawali dengan pasokan karbohidrat yang cukup, untuk menyeimbangkan berat badan 6. Hubungan asupan protein dengan status gizi siswa Tabel 3 diperoleh hubungan yang signifikan p value=0,000. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden yang memiliki kriteria asupan protein yang baik didapatkan paling banyak mengkonsumsi menu sarapan yang berasal dari sumber protein selain karbohidrat, seperti diantaranya telur, ikan, daging ayam, susu dan lain sebagainya. Sedangkan yang memiliki status gizi kurus dengan kriteria asupan protein yang kurang dikarenakan banyak diantara mereka kurang mengkonsumsi menu sarapan yang mengandung protein, ataupun kebiasaan yang tidak menghabiskan makanannya. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Fungsi utama protein yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain adalah membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh7. Peran protein dari sarapan sama halnya karbohidrat yang apabila dikonsumsi secara seimbang dapatmempertahankan berat badan. Hubungan asupan lemak dengan status gizi siswa Tabel 3 diperoleh hubungan yang signifikan p value=0,000. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa atau responden yang memiliki kriteria asupan lemak yang baik didapatkan paling banyakmengkonsumsi menu sarapan yang mengandung lemak kompleks seperti daging ayam,ikan dan lain sebagainya. Serta cara penyajian makanannya pun disajikan dengan cara digoreng menggunakan minyak. Sedangkan yang kurus dengan kriteria asupan yang masih kurang, kebanyakan dari mereka mengkonsumsi menu sarapan yang kurang mengandung lemak ataupun yang di goreng dengan minyak seperti hanya teh manis saja atau telur yang di rebus. Lemak adalah sumber energi kedua setelah karbohidrat, memberikan rasa gurih pada makanan sehingga paling digemari oleh anak-anak. Lemak menghasilkan kekenyangan yang lebih lama dari pada karbohidrat dan protein karena waktu untuk mencernanya paling lama8. Oleh karena itu apabila siswa-siswa mengkonsumsi zat lemak yang cukup pada waktu sarapan dapat membuat perut terasa kenyang lebih lama sampai dengan waktu istirahat berikutnya. 5 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 Responden yang memiliki status gizi normal, kecukupan gizi pada waktu sarapan tercukupi dengan baik, begitupun siswa yang memiliki status gizi kurus kecukupan gizi pada waktu sarapan masih belum tercukupi dengan baik. Hal ini dibandingkan juga dengan asupan gizi harian yang telah ditinjau peneliti berdasarkan Recall 24 jamkonsumsi makanan yang telah dikonsumsi oleh responden atau siswa selama 3 hari tidak berturut-turut. Jika dilihat dari asupan sarapannya sebagian besar siswa yang berstatus gizi kurang sering melewatkan waktu sarapan dan yang sering sarapan asupan gizinya tidak sesuai, seperti hanya mengkonsumsi teh manis, roti, atau air putih saja. Begitu pula jika ditinjau dari asupan gizi hariannya menunjukkan rata-rata dari mereka mengkonsumsi makanan yang cepat saji atau instan, serta banyak diantara mereka yang makan dengan porsi yang sedikit bahkan melewatkan waktu makan dan lebih memilih makan jajanan yang rendah kalori seperti somay/bakso pentolan. Siswa yang berstatus gizi normal setelah ditinjau dari hasil Recall 24 jam konsumsi makanannya selama 3 hari yang sama, bila dilihat dari asupan sarapannya baik halnya dibanding yang berstatus gizi kurang. Sebagian besar dari mereka mematuhi waktu makan pagi dengan baik dan asupan makanan dengan sumber gizi yang sesuai, seperti mengkonsumsi nasi goreng, bubur ayam, sereal, susu dan lain sebagainya. Begitupun jika dilihat dari asupan gizi hariannya rata-rata mereka makan dengan porsi makan yang baik, asupan gizi dari makanan yang sesuai serta menu makanan yang cukup lengkap, seperti menu makan yang terdiri dari nasi putih dilengkapi lauk-pauk serta sayuran dan lain sebagainya. Diantara semua siswa yang telah menjadi responden masih terdapat pula responden yang memiliki kriteria asupan zat gizi makro yang tercukupi namun termasuk pada kategori status gizi yang kurang dari garis normal. Hal ini dikarenakan salah faktor internal dari dalam diri siswa yaitu penyakit infeksi yang sering membuat para siswa ini jatuh sakit. Walaupun asupan gizinya terpenuhi pada waktu tertentu asupan energinya tidak sebanding dengan saat periode sakitnya karena pada umumnya anak-anak saat jatuh sakit jadi sulit untuk mengkonsumsi makanan sehingga kalori yang dihasilkan dipakai sebagai energi untuk melawan sakitnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pahlevi dan Indarjo 2012 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit infeksi dengan keadaan status gizi siswa di SDN Ngesrep 02 Kota Semarang p=0,001. Selain itu terdapat juga siswa yang berkriteria asupan zat gizi makroyang belum tercukupi namun termasuk dalam kategori status gizi yang lebih yaitu gemuk dan obesitas9. Hal ini dikarenakan oleh faktor genetik atau riwayat yang diturunkan oleh orangtua, meskipun asupan gizi yang kurang tetapi jika memiliki orangtua yang mengalami obesitas anak tersebut cenderung berisiko obesitas juga. Hasil ini sejalan dengan penelitian Permatasari 2013 pada anak SD di Kota Manado menunjukkan bahwa faktor Ibu dengan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada anak p=0,0510. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yunawati 2015 tentang kebiasaan sarapan tidak berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar di Provinsi Nusa Tenggara Timurp>0,05. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti pengetahuan orang tua, serta kualitas dan kuantitas asupan energi dan protein sarapan yang rendah11. Terdapatnya hubungan asupan zat gizi makro dari sarapan dengan status gizi siswa pada penelitian ini karena terdapat faktor lain sebagai pendorongnya, seperti pendidikan dan pengetahuan gizi anak dari sekolah, kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia dirumah, serta aktivitas penjualan makanan di lingkungan variasi status gizi pada siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo disebabkan oleh berbagai faktor yang merupakan faktor pendorong yaitu faktor internal dan faktor ekseternal. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal adalah faktor genetik, utilisasi makanan, penyakit infeksi, aktivitas fisik dan pengetahuan gizi. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah faktor pendidikan dan pengetahuan orangtua, budaya, dan kebersihan lingkungan8. Faktor-faktor lain yang mendorong status gizi siswa didapatkan pada penelitian yaitu ketersediaan pangan dalam keluarga, kebiasaan makan yang salah serta pengaruh teman sebaya. Selain 6 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 itu keseimbangan zat gizi makanan yang dimakan baik itu di waktu sarapan dan di waktu lain juga sangat mempengaruhi kecukupan gizi anak. Jika status gizi anak baik dan optimal, maka anak cenderung terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh masalah gizi. 4. KESIMPULAN Asupan zat gizi makro dari sarapan siswa sebagian besar berkriteria asupan yang baik yaitu karbohidrat 59,2%, 38,8%protein dan lemak 42,9%.Pengukuran status gizi pada siswa paling banyak yang berstatus gizi kekurusan37,3%. Ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro karbohidrat p=0,000; protein p=0,000; lemak p=0,000 dari sarapan dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Diharapkan kepada siswa untuk selalu memperhatikan asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi khususnya pada saat sarapan sehingga dapat mempertahankan keadaan status gizi yang optimal. DAFTAR PUSTAKA [1]Istiany, A. dan Terapan. Jakarta Remaja Rosdakarya; 2013 [2]Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;2013 [3]Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Kesehatan Dasar Riskesdas 2010. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;2010 [4]Soedibyo, S., dan Gunawan, H. Kebiasaan Sarapan di KalanganAnak Usia Sekolah Dasar di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak UI FKUI;2016 [5]Barasi, M. a Glance. Ilmu Erlangga; 2007 [6]Hardinsyah & Aries M. 2012. Jenis Pangan Sarapan dan Peranannya Dalam Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-12 Tahun Di Indonesia. Departmen GiziMasyarakat. IPB. [7]Proverawati, A dan Kusumawati, A. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta Nuha Medika; 2011 [8]Marmi. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta Pustaka Pelajar; 2013 [9]Pahlevi, A. & Indarjo, S. 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesmas. UNES. [10]Permatasari, I. R. Analisis Riwayat Orang Tua Sebagai Faktor Resiko Obesitas Pada Anak SD di Kota Manado. Jurnal Keperawatan. Manado UNSRAT; 2013 [11]Yunawati, I. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. UGM; 2015 Luh Eka Rahayu Ambarawati Purwaningtyas KusumaningsihI Gusti Ayu Wita KusumawatiKandungan air ikan tongkol sangat tinggi, menyebabkan ikan lebih mudah membusuk. Pindang sebagai salah satu pengawetan ikan tongkol dengan metode penggaraman, masih ditemukan bakteri yang mampu hidup di lingkungan berkadar garam tinggi. Olahan menu sarden pada penelitian ini menggunakan pindang tongkol. Pengolahan pindang tongkol menjadi sarden menggunakan nitrit dan kitosan sebagai pengawet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kandungan protein, kalsium, natrium dan daya terima pada olahan sarden pindang tongkol dengan penambahan nitrit 0,01 mg dan kitosan 1,5%; 3%. Analisis kandungan protein menggunakan metode kjeldahl, untuk analisis kandungan kalsium dan natrium menggunakan metode spektrofotometer serapan atom. Hasil yang didapatkan kandungan protein tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 24,36%, kandungan kalsium tertinggi pada kitosan 3% sebesar 75,53 mg/kg dan kandungan natrium tertinggi pada kitosan 1,5% sebesar 2047,0 mg/kg. Hasil uji organoleptik sarden pindang tongkol pada rasa, aroma dan warna memberikan hasil terbaik pada kitosan 3% sedangkan hasil uji organoleptik tekstur memberikan hasil terbaik pada kitosan 1,5%. Oleh karena itu, sarden pindang tongkol dengan kitosan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengawet dan mengurangi penurunan nilai kunci Kitosan; Nitrit; Nilai gizi; Pindang tongkol; SardenThe incidence of stunting under five is a major nutritional problem faced by Indonesia. The research aimed to determine relationship of the social, economic, and environmental factors related with stunting occurrenceintoddlers 10-59 months at Health Centers Gorontalo District. This research was done on the population of toddlers who experience stunting in 2019 recorded in 7Health Centers. The data was collected from 98 samples by applying the purposive sampling method. The research instrument was done by using a questionnaire. Data analysis employs univariate, bivariate analysis and chi-square test with the help of software SPSS version 21. The result showed that the social factors, namely mother's education with the p-value of 0,000 OR = 12,375 CI = 4,560-33,584, and economic factors, namely income with the p-value of 0,000 OR = 11,719 CI = 3,652 – 38,605 and environmental factors, namely waste disposal facilities with the p-value of 0,000 OR = 12,813 CI = 4,815 -34,097. Based on these result, it can be stated that social factors, especially mother's education, economic factors, especially income, and environmental factors, especially waste disposal facilities have a significant relationship with stunting occurrence in toddlers 10-59 months at the Health Centers Gorontalo Dewi SukmaNurmaningsih NurmaningsihSolatia Hairun NisaThe fundamental health research 2018 stated that the incidence of malnutrition in Indonesia is and West Nusa Tenggara is the second largest malnutrition in Indonesia, which is with the highest incidence of malnutrition in West Lombok Regency at 30%. The nutritional condition of toddlers is influenced by family care, especially mothers in terms of feeding. The awareness of nutrition has a positive relationship with behavior where mothers who have less awareness have less opportunities to behave less. This has an effect on the provision of unhealthy food, which causes malnutrition in children under five. Based on these facts, education about the importance of adequate nutrition for toddlers are very important to solve this problem. This study aims to analyze the effect of nutritional education with the emotional demonstration method on maternal behavior in feeding to underweight toddlers. This type of research is the Open-Label Non Randomized Controlled Trial Design with a Pre-Post with Control Design research design. The sample in this study amounted to 54 underweight toddlers mothers with 27 people as the treatment group and 27 people as the control group. The research location was conducted in Beleke Village, West Lombok Regency. The result is an increase in maternal behavior towards the feeding pattern of underweight toddlers. Keywords Underweight Toddlers, Behavior, Emotional-DemonstrationRusmimpong RusmimpongUli Rosita HutagaolAbstrak Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kurus pada remaja usia 13-15 tahun adalah 11,1% yang terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi gemuk pada remaja usia 13-15 tahun adalah 10,8% yang terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk. Berdasarkan data yang diperoleh dari MTs Swasta Muhammad Amin Rajo Tiangso Kecamatan Jangkat Timur, jumlah remaja yang mengalami status gizi kurang kurus sebanyak 20 orang 13,6 % dari jumlah siswa sebanyak 147 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober di MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso Kecamatan Jangkat Timur Tahun 2020. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa. Ada hubungan antara sikap dan persepsi serta kebiasaan makan dengan status gizi siswa di MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso Kecamatan Jangkat Timur. Sebagian besar responden memiliki status gizi normal, Sebagian besar responden memiliki persepsi positif, Sebagian besar responden memiliki sikap positif, dan Sebagian besar responden memiliki kebiasaan makan baik. Disarankan bagi MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya makan makanan bergizi dan gizi seimbang pada remaja. Kata Kunci persepsi, sikap, kebiasaan makan, status gizi Abstract Basic Health Research Data Riskesdas in 2013 showed that the prevalence of underweight in adolescents aged 13-15 years was consisting of very thin and emaciated. The prevalence of obesity in adolescents aged 13-15 years is which consists of fat and very fat. Based on the data obtained from MTs Swasta Muhammad Amin Rajo Tiangso East Java Subdistrict, the number of adolescents who experience less nutritional status thin as many as 20 people of the number of students as many as 147 students. This research is an analytic research with cross sectional design. This research was conducted in October at MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso East Jangkat, 2020. The sample in this study amounted to 60 students. There is a relationship between attitude and perception and eating habits with nutritional status of students in MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso East Jangkat. Most of the respondents have normal nutritional status, Most of the respondents have positive perception, Most of the respondents have positive attitude, and Most respondents have good eating habits. It is recommended for MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso as input material and evaluation material to conduct counseling about the importance of eating nutritious and balanced nutrition in adolescents. Keywoards perception, attitude, eating habits, nutritional statusAnna Yuliastani PomalingoMisnati MisnatiSalah satu masalah sosial yang dihadapi oleh Indonesia adalah masih rendahnya status gizi masyarakat. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan formula Pemberian Makanan Tambahan PMT pada balita yang lebih bermutu serta bernutrisi tinggi demi mengentaskan permasalahan gizi buruk-kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ikan tuna terhadap daya terima rasa, aroma, warna, tekstur dan kandungan nilai gizi biskuit kelor. Desain pnelitian yang digunakan adalah eksperimental Semu Quasi Experimental menggunakan Rancangan Postest Only Control Group Desing. Uji tingkat kesukaan akan dilakukan pada panelis semi terlatih yaitu Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementerian Kesehatan Gorontalo sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan tepung ikan tuna terhadap daya terima warna dan aroma biskuit kelor. Kandungan nilai gizi biskuit kelor dengan penambahan tepung ikan tuna protein tertinggi pada formula 4 penambahan tepung ikan tuna 70 gram, lemak tertinggi pada formula 1 tidak ada penambahan tepung ikan tuna dan karbohidrat tertinggi pada formula 1tidak ada penambahan tepung ikan tuna. Perlunya peningkatan daya terima warna dan aroma biskuit kelor melalui penambahan pewarna dan aroma makanan yang lebih disukai khalayak serta pengkajian formula biskuit yang bergizi melalui pencampuran bahan makanan yang MisnatiAnna Yuliastani PomalingoCilok merupakan makanan dengan bahan utama kanji. Penggunaaan bahan berupa kanji menyebabkan kandungan gizi yang dimiliki oleh bahan rendah sehingga diperlukan adanya diversifikasi. Peningkatan gizi dapat dilakukan dengan penambahan bahan-bahan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi serta sumber vitamin dan mineral misalnya ikan tuna dan wortel. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui kandungan zat gizi dan daya terima cilok dengan subtitusi ikan tuna Thunninis dan wortel Daucus Carota.Desain penelitian yang digunakan eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan dengan menggunakan panelis untuk melihat daya terima penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein tertinggi terdapat pada cilok dengan formula 3, lemak tertinggi pada formula 2 dan karbohidrat tertinggi pada formula 1. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna cilok dengan subtitusi ikan tuna thunninis dan wortel daucus carota tertinggi pada perlakuan 1 formula 1 dengan nilai rata-rata rasa cilok tertinggi pada perlakuan 1 formula 2 dengan nilai rata-rata aroma cilok tertinggi pada tanpa perlakuan formula 1 dengan nilai rata-rata dan tekstur cilok tertinggi pada perlakuan 1 formula 2 dengan nilai rata-rata memperhatikan proses pemasakanagar tidak mempengaruhi kandungan gizi bahan pangan dan pencampuran bahan makanan dalam upaya mempertahankan warna, rasa, aroma dan tesktur cilok yang banyak diterima Kandungan air ikan tongkol sangat tinggi, menyebabkan ikan lebih mudah membusuk. Pindang sebagai salah satu pengawetan ikan tongkol dengan metode penggaraman, masih ditemukan bakteri yang mampu hidup di lingkungan berkadar garam tinggi. Olahan menu sarden pada penelitian ini menggunakan pindang tongkol. Pengolahan pindang tongkol menjadi sarden menggunakan nitrit dan kitosan sebagai pengawet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kandungan protein, kalsium, natrium dan daya terima pada olahan sarden pindang tongkol dengan penambahan nitrit 0,01 mg dan kitosan 1,5%; 3%. Analisis kandungan protein menggunakan metode kjeldahl, untuk analisis kandungan kalsium dan natrium menggunakan metode spektrofotometer serapan atom. Hasil yang didapatkan kandungan protein tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 24,36%, kandungan kalsium tertinggi pada kitosan 3% sebesar 75,53 mg/kg dan kandungan natrium tertinggi pada kitosan 1,5% sebesar 2047,0 mg/kg. Hasil uji organoleptik sarden pindang tongkol pada rasa, aroma dan warna memberikan hasil terbaik pada kitosan 3% sedangkan hasil uji organoleptik tekstur memberikan hasil terbaik pada kitosan 1,5%. Oleh karena itu, sarden pindang tongkol dengan kitosan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengawet dan mengurangi penurunan nilai nutrisi. Abstract Mackerel Tuna Euthynnus affinis has a high water content, therefore getting easily to spoilage. Brine salting as a way of preserving tuna by using the salting method, even though there are some bacteria can live in salinity environment. In this study processing in making sardines is using mackerel tuna brine salting. In the process was using nitrite and chitosan as a preservative. The purpose of this study is to determine the differences in protein, calcium, sodium content and acceptability of sardines mackerel tuna brine salting with the addition of nitrite 0,01 mg and chitosan 1,5%;3%. The analysis carried out in this study was the protein content using the kjeldahl method, analysis of calcium and sodium using atomic absorption spectrophotometry method. The obtained result the highest protein content is in the control 24,36%, the highest calcium is sardines using chitosan 3% 73,53 mg/kg and the highest sodium is sardines using chitosan 1,5% 2047,0 mg/kg. The organoleptic result on taste, aroma and colour showed the best result using chitosan 3% while the texture is sardines using chitosan 1,5%. Therefore, mackerel tuna brine salting sardines with chitosan, can be used as alternative preservative and preventive on nutrition The objective of this study was to analyze the type and amount of food consumed at breakfast and its also contribution in daily nutrient intake of school children 6—12 years old. The data used for this study was the secondary data of the Basic Health Survey 2010 Riskesdas 2010 conducted by the Research and Development Agency, Ministry of Health. The data of 24-hour recall of food consumption and socio-economic were obtained from 35 000 school age children. The results of the study shows that ten most populer food consumed during breakfast are rice, scramble egg, fried tempeh, vegetable soup, fried fish, instant noodle, fried rice, stir vegetable, and fried tofu; and the five most populer beverages consumed during breakfast are drinking water, sweetened tea, milk creamer, powder milk, and tea. Nearly half of the children breakfast with low nutritional quality. Approximately and of child-ren consume only <15% RDI for energy, protein, vitamin A, iron, calcium, and fiber respectively. Based on these results and inline with one of the dietary guidelines messages – do breakfast everyday – the healthy breakfast for school children need further promoted intensively. It is suggested that the healthy breakfast should be able to fulfill 15—30% of daily nutrients requirements. Key words breakfast, RISKESDAS 2010, school children ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis jumlah dan jenis makanan dan minuman sarapan serta kontribusinya dalam asupan gizi harian anak usia sekolah 6—12 tahun. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder data konsumsi pangan yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Ke-sehatan Indonesia. Data konsumsi pangan recall 24 jam dan sosial ekonomi diperoleh dari 35 000 subjek anak usia sekolah 6—12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sepuluh makanan yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan adalah nasi putih, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mi instan, nasi goreng, sayuran tumis, dan tahu goreng; sedangkan lima minuman terpopuler yang dikonsumsi sebagai sarapan adalah air putih, teh manis, susu kental manis, susu instan, dan air teh. Hampir separuh anak usia sekolah sarapan dengan kualitas gizi rendah. Sekitar dan anak hanya memperoleh gizi <15% AKG dari sarapan berturut-turut untuk energi, protein, vitamin A, zat besi, kalsium, dan serat. Berdasarkan hasil tersebut dan juga sejalan dengan salah satu isi Pesan Dasar Umum Gizi Seimbang PUGS, yaitu “Sarapan setiap hari”, maka promosi mengenai kebiasaan sarapan sehat bagi anak usia sekolah perlu dilakukan lebih intensif dan berkelanjutan. Selain itu disarankan pula bahwa sarapan yang sehat sebaiknya mampu memenuhi sekitar 15—30% AKG. Kata kunci anak usia sekolah, RISKESDAS 2010, sarapan

asupan gizi paling besar yang diperlukan seorang pelajar adalah